19 Juli 2013

Syubhat : Janganlah 'perkara sepele' merusak ukhuwah

Jika ucapan ini ditujukan untuk kepada dua orang/ kelompok yang berselisih dalam urusan pribadi (dunia) maka mungkin masih dimaklumi. Walaupun mungkin kedua pihak tersebut justru tersinggung disebut masalahnya sepele. Seakan-akan mereka malah dianggap bodoh.

Namun bagaimana jika ucapan ini ditujukan dalam perselisihan masalah agama ? Tidaklah orang-orang yang mengucapkan ini justru yang bodoh dalam banyak hal, diantaranya :
  1. Tidak ada dalam syariat agama ini yang sepele
  2. Ukhuwah itu dalam masalah perselisihan antar pribadi, sedangkan persatuan dalam masalah agama
  3. Agama itulah yang membawa kebaikan, bukan semangat manusia
  4. Termasuk kebaikan adalah persatuan, hanya dari agama (Allah) bukan manusia
  5. Pihak yang salah hakikatnya menyelisihi Allah bukan pihak yang benar
  6. Bukan pihak yang benar yang disuruh mengalah (toleransi), tapi yang salah yang wajib kembali kepada kebenaran
Wajib kita percaya bahwa semua syariat agama ini adalah agung. Tidak layak bagi Allah menetapkan sesuatu yang sepele. Menganggap sebagian perkara agama sepele sama saja menyepelekan Allah. Sedangkan mengagungkan semua syariat agama tanda ketakwaan seseorang. Allah berfirman :
Demikianlah (syariat Allah). Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. (Al-Hujurat : 32)
Kemudian kita harus paham antara ukhuwah dan persatuan. Inilah yang banyak manusia tidak bisa membedakannya. Padahal dalam Al-quran dan hadits menjelaskan bahwa ukhuwah itu dalam masalah pribadi, sedangkan persatuan dalam masalah agama. Allah berfirman :
Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (Al-Hujurat : 9-10)
Dari ayat ini dijelaskan beberapa hal yaitu :
  • Ukhuwah dalam masalah pribadi, itulah yang perlu didamaikan
  • Jika ada yang salah maka harus diperbaiki bukan sekedar didamaikan
Dan Allah berfirman pula :
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (Ali Imran : 10)
Ayat ini menjelaskan :
  • Hal yang membuat persatuan yaitu sama-sama berpegang pada tali Allah (kebenaran)
  • Hal yang membuat perpecahan adalah orang yang lepas dari tali Allah
Persatuan hati semata-mata kekuasan Allah, sebagaimana firman Allah :
Dan (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu (Muhammad) membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Al-Anfal : 63)
Namun, ukhuwah dan persatuan memang terkait. Karena ukhuwah memang merusak persatuan. Sebaliknya perpecahan merusak ukhuwah pula.

Begitu penting persatuan ini, tapi tidak ada perintah bersatu kecuali disebut dengan berpegang teguh pada tali Allah. Karena hanya dengan itulah persatuan itu bisa terwujud. Oleh karena itu, apabila terjadi perselisihan bukan yang pihak benar yang disuruh mengalah (toleransi), tapi yang salah yang wajib kembali kepada kebenaran.

Seseorang yang menyelisihi kebenaran hakikatnya ia menyelisihi Allah bukan pihak yang benar. Oleh karena itu tidak mungkin pihak yang benar mengalah kepada yang salah dan meninggalkan Allah. Demikian pula pihak luar, tidak mungkin berusaha menjadi penengah antara Allah dengan orang yang menyimpang.

Sesungguhnya kebenaran dan kebaikan HANYA dari Allah. Manusia hanya yang menjalankannya. Oleh karena itu, jangan semangat ukhuwah dan persatuan (yang berlebihan) ini membutakan kita dari jalan Allah. Karena semangat tidak bisa menunjukkan kepada kebenaran. Wallahu a'lam.

Iyas Tanjung
Tangsel, 19 Juli 2013