25 Juli 2014

Kedudukan Tauhid dalam Islam

Tauhid adalah dasar Islam yang paling agung dan hakikat Islam yang paling besar. Semua cabang keimanan berasal dari tauhid dan kembali menuju kepadanya. Tauhid diibaratkan batang utama sebuah pohon dimana cabang-cabang lain berasal darinya. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah:
“Iman itu ada 70 atau 60 sekian cabang. Cabang paling utamanya adalah perkataan ‘laa ilaha illallah’ (tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah), yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan, dan sifat malu merupakan bagian dari iman.”
Setiap bagian tauhid memiliki kedudukan masing-masing. Dimana tauhid asma wa sifat sebagai latar belakang penciptaan manusia, tauhid rububiyah sebagai modal bagi manusia, tauhid uluhiyah sebagai tugas bagi manusia dan tauhid mulkiyah sebagai balasan bagi manusia.

1. Tauhid asma wa sifat sebagai latar belakang segala sesuatu termasuk tujuan penciptaan manusia

Tujuan penciptaan segala sesuatu termasuk manusia untuk menunjukkan kebesaran Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah:
“Tatkala Allah mencipta para makhluk, Dia menulis dalam kitab-Nya, Dia mewajibkan atas diri-Nya sendiri, yang kitab itu terletak di sisi-Nya di atas arsy, “Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan kemurkaan-Ku.”
Demikian pula tujuan penciptaan manusia bagi Allah yaitu untuk dirahmati terutama rahmat petunjuk. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat Hud ayat 118-119:
“Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi Neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.”
Tauhid asma wa sifat menjadi latar belakang pula bagi ketiga tauhid lainnya. Dimana tauhid rububiyah berkenaan dengan nikmat Allah di dunia sebagai bekal bagi manusia. Adapun tauhid uluhiyah berkenaan dengan kewajiban agama yang merupakan kebaikan bagi manusia sendiri. Sedangkan tauhid mulkiyah berkenaan dengan nikmat Allah yang besar di akhirat nanti, sebagai balasan yang jauh lebih baik dari amalan manusia.

2. Tauhid rububiyah adalah sebagai modal manusia

Allah memberikan bekal kepada manusia untuk bertakwa berupa fitrah bertauhid, rezeki, petunjuk dan pertolongan. Tentang fitrah bertauhid yang Dia tanamkan ke dalam jiwa mausia disebutkan dalam Al-Quran surat Al-A’raf ayat 172:
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)."
Tentang rezeki yang Dia berikan di dunia ini disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 21-22:
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”
Tentang petunjuk yang Dia turunkan melalui rasul-Nya disebutkan dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 36:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).”
Adapun tentang pertolongan-Nya disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Fatihah ayat 5-6:
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus.”

3. Tauhid uluhiyah adalah sebagai tugas bagi manusia

Segala sesuatu yang Allah perintahkan semata-mata bentuk rahmat Allah untuk kebaikan manusia sendiri. Sedangkan Allah tidak membutuhkan apapun dari makhluk-Nya. Allah menciptakan manusia untuk dirahmati, sedangkan rahmat-Nya diperoleh dengan mengikuti petunjuk-Nya. Sehingga manusia diciptakan hanya untuk menyembah Allah. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat Adz-Dzariyat ayat 56-57:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan.”

4. Tauhid mulkiyah sebagai balasan bagi manusia

Allah menjanjikan surga yang penuh kenikmatan kepada orang-orang yang bertauhid. Adapun orang yang enggan beribadah, ragu, atau berbuat syirik kepada Allah maka bagi mereka adzab neraka yang dahsyat. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Maidah ayat 9-10:
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar (surga). Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu adalah penghuni neraka.”
Demikian pula yang disebutkan dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir:
“Barangsiapa yang mati tanpa menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun maka ia wajib masuk surga. Dan barangsiapa yang mati dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun maka ia wajib masuk neraka.”
Wallahu A'lam.

Iyas Al-Jakarti
Bogor, 27 Ramadhan 1435 / 25 Juli 2014