25 Juli 2014

Pengertian dan Pembagian Tauhid

Definisi (arti) tauhid

Tauhid berasal dari bahasa arab yang artinya ‘membuat sesuatu menjadi satu’ atau ‘meng-esa-kan sesuatu’. Secara istilah, tauhid adalah mengesakan Allah dalam segala kekhususan-Nya. Adapun kekhususan Allah meliputi asma wa sifat, rububiyah, uluhiyah dan mulkiyah-Nya.

Pembagian tauhid

Pembagian tauhid merupakan hasil telaah para ulama terhadap Al-Quran dan hadits tentang dasar-dasar keimanan. Pembagian tauhid dilakukan untuk memudahkan dalam mempelajari dan memahami dasar-dasar keimanan. Tauhid terbagi menjadi 4 yaitu, asma wa sifat, rububiyah, mulkiyah dan uluhiyah.

1. Asma wa sifat

Tauhid asma wa sifat adalah mengesakan Allah dalam kesempurnaan dzat, nama, sifat dan kemampuan-Nya. Caranya adalah menetapkan keempat hal tersebut apa adanya sebagaimana yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. Sebab Allah adalah dzat yang ghaib, maka wajib bagi seseorang menetapkan Allah sebagaimana Dia sendiri mengabarkan tentang diri-Nya melalui Rasul-Nya.

Tanda seseorang beriman kepada tauhid asma wa sifat adalah mensucikan Allah dari segala nama dan sifat yang tidak layak bagi-Nya. Selain itu tidak menetapkan sifat-sifat Allah dengan sesuatu yang tidak ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Tauhid asma wa sifat di antaranya mencakup :
 
  • Dzat
Mengesakan Allah dalam kesempurnaan dzat-Nya yaitu menetapkan Allah sebagai tuhan yang satu yang tidak beranak dan diperanakkan serta tidak ada yang menyerupai dan setara dengan dzat-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Ikhlas ayat 1-4:
“Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia."
Serta dalam surat Asy-Syura ayat 11:
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Termasuk mensucikan Allah dalam dzat-Nya yaitu menetapkan sifat bersemayam di langit dan sifat Maha mendengar, Maha melihat, memiliki wajah, dua tangan, kaki serta berbicara dengan makhluk-Nya dan tertawa. Sebab demikianlah Allah mengabarkan tentang dzat diri-Nya sendiri dalam Al-Quran maupun hadits. 
  • Nama dan sifat
Mengesakan Allah dalam kesempurnaan nama dan sifat-Nya yaitu menetapkan nama-nama yang baik yang telah Allah namakan diri-Nya sendiri dengan nama-nama tersebut serta menetapkan sifat dan ketinggian sempurna pada semua sifat yang telah Dia sifatkan diri-Nya sendiri dengan sifat-sifat tersebut. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Hasyr ayat 24:
“Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Serta Dia berfirman tentang ketinggian sifat-Nya dalam Al-Quran surat Ar-Rum ayat 27:
“Dan bagi-Nya lah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi, dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Termasuk mensucikan sifat-sifat Allah yaitu menetapkan kebaikan sempurna pada sifat Allah berupa marah, membuat makar kepada orang kafir serta mengadzab dan memberikan bencana kepada manusia. Sebab semua sifat tersebut adalah dalam rangka kebaikan semata.
 
  • Kemampuan
Adapun mengesakan Allah dalam kesempurnaan kemampuan-Nya yaitu menetapkan Allah sebagai dzat yang Maha mengetahui dan Maha kuasa atas segala sesuatu. Sebagimana disebutkan dalam Al-Quran surat Ath-Thalaq ayat 12:
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.”
Allah mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi, sedang terjadi dan telah terjadi. Dia mengetahui pula sesuatu yang tidak akan terjadi dan bagaimana bila itu terjadi. Dia mengetahui segala yang paling besar hingga yang paling kecil, yang tampak maupun yang tersembunyi, yang nyata maupun yang ghaib, termasuk apa yang ada di dalam dada manusia. Disebutkan dalam Al-Quran surat An-Nur ayat 64:
“Ketahuilah sesungguhnya kepunyaan Allah lah apa yang di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia mengetahui keadaan yang kamu berada di dalamnya (sekarang). Dan (mengetahui pula) hari (manusia) dikembalikan kepada-Nya, lalu diterangkan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Allah pula berkuasa berbuat segala sesuatu yang Dia kehendaki, baik yang Dia ridhai maupun tidak diridhai-Nya. Dia menciptakan semua yang dikehendaki-Nya. Tidak ada yang terjadi kecuali atas kehendak-Nya. Serta tidak ada yang berkuasa berbuat sesuatu kecuali dengan izin-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Maidah ayat 17:
“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya, Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Termasuk mensucikan Allah dalam kemampuan-Nya yaitu menetapkan bahwa Allah mengizinkan setan (dari golongan jin dan manusia) untuk menyesatkan manusia dan menyakiti orang-orang beriman serta mengizinkan segala kejahatan yang terjadi. Semua itu semata-mata sebagai ujian bagi manusia. Bahwa tidaklah semua itu terjadi kecuali tetap dalam kekuasaan Allah. Sebagaimana Dia menjamin bahwa semua itu tidak dapat mendatangkan mudharat apapun kecuali dengan izin-Nya.

2. Rububiyah

Tauhid rububiyah adalah mengesakan Allah dalam segala perbuatan-Nya di dunia. Caranya adalah menetapkan keesaan Allah dalam penciptaan, penguasaan dan pengaturan alam semesta. Termasuk pula di dalamnya menghidupkan dan mematikan manusia serta memberi rezeki, petunjuk, manfaat dan mudharat kepada manusia.

Tanda seseorang beriman kepada tauhid rububiyah adalah tawakal hanya kepada Allah. Sebab hanya Allah yang berkuasa atas segala sesuatu. Allah pula yang dapat memberi manfaat dan mudharat kepada manusia serta menghilangkannya. Selain itu hanya petunjuk Allah yang dapat memberikan manfaat dan kebaikan. Sehingga tawakal bukan semata-mata pasrah kepada Allah, namun pula mengikuti jalan-jalan kebaikan yang telah Allah tetapkan.

Tauhid rububiyah diantaranya mencakup :
 
  • Mencipta, mengatur dan menguasai alam semesta
Tentang keesaan-Nya dalam perencanaan, penciptaan dan penguasaan alam semesta, disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Furqan ayat 2:
“Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.”
Demikian pula tentang keesaan-Nya dalam penciptaan, penguasaan dan pengaturan alam semesta, disebutkan dalam surat Al-A’raf ayat 54:
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.”
Adapun tentang keesaannya dalam penciptaan manusia serta memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan, disebutkan dalam Al-Quran surat Ar-Rum ayat 40:
“Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.”
  • Menurunkan wahyu, mengutus rasul, memberi petunjuk dan menyesatkan
Termasuk keesaan Allah dalam pengaturan alam semesta yaitu pengaturan manusia. Dimana Allah menurunkan wahyu, mengutus rasul dan memberi petunjuk dan menyesatkan manusia. Tentang keesaannya dalam menurunkan wahyu, disebutkan dalam Al-Quran surat Az-Zumar ayat 23:
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya.”
Adapun tentang keesaan-Nya mengutus rasul, disebutkan dalam Al-Quran surat Ibrahim ayat 4:
“Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.”
  • Menolong, mengalahkan dan mengadzab manusia di bumi
Termasuk keesaan Allah dalam pengaturan alam semesta yaitu menolong dan mengadzab manusia. Tentang keesaan-Nya menolong manusia, disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 107:
“Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? Dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolong.”
Adapun tentang keesaan Allah dalam mengadzab manusia, disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Ankabut ayat 22:
“Dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri (dari adzab Allah) di bumi dan tidak (pula) di langit dan sekali-kali tiadalah bagimu pelindung dan penolong selain Allah.”

3. Mulkiyah

Tauhid mulkiyah adalah mengesakan Allah dalam segala perbuatan-Nya di akhirat. Caranya adalah menetapkan keesaan Allah dalam kekuasaan-Nya di akhirat kelak, terutama kekuasaan-Nya dalam menegakkan hari akhir, menyelesaikan segala urusan, menegakkan keadilan dan membalas semua perbuatan.

Sebagian orang keliru dalam memahami tauhid mulkiyah ini. Mereka mengira tauhid mulkiyah adalah tentang keesaan Allah dalam kerajaan dan kekuasaan di dunia. Padahal ini adalah bagian dari tauhid rububiyah. Atau mengira bahwa tauhid mulkiyah tentang kewajiban berhukum hanya dengan hukum Allah. Padahal ini bagian dari tauhid uluhiyah.

Tanda seseorang beriman kepada tauhid mulkiyah adalah ikhlas mengharapkan ampunan dan balasan hanya kepada Allah. Sebab tidak ada yang dapat memberikan kebaikan dan keselamatan di akhirat kecuali Allah. Serta tidak ada satupun makhluk yang mampu memberi pertolongan tanpa izin dari-Nya.

Adapun tauhid mulkiyah diantaranya mencakup :
 
  • Menegakkan dan menguasai hari pembalasan
Tidak ada keraguan bahwa Allah akan menegakkan hari kiamat, memusnahkan dunia dan membangkitkan kembali manusia. Pada hari itu, kekuasaan sepenuhnya di tangan Allah. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Furqan ayat 26:
“Kerajaan yang hak pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah. Dan adalah (hari itu), satu hari yang penuh kesukaran bagi orang-orang kafir.”
Serta disebutkan pula dalam Al-Quran surat Ghafir ayat 16-17:
“(Yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur), tiada suatu pun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah berfirman): "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?" Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya.”
  • Menyelesaikan semua urusan
Tentang keesaan Allah dalam hal kembalinya segala urusan untuk diputuskan, disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 210:
“Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan, dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan.”
Serta yang utama adalah memutuskan perselisihan dalam perkara agama, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Jatsiyah ayat 17:
“Dan Kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata tentang urusan (agama), maka mereka tidak berselisih melainkan sesudah datang kepada mereka pengetahuan karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Sesungguhnya Tuhanmu akan memutuskan antara mereka pada hari kiamat terhadap apa yang mereka selalu berselisih padanya.”
  • Menegakkan keadilan, membuat perhitungan dan membalas semua perbuatan
Tentang keesaan Allah dalam memberi hukuman dan perhitungan, disebutkan dalam Al-Quran surat Al-An’am ayat 62:
“Kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum hanya kepunyaan-Nya. Dan Dialah Pembuat perhitungan yang paling cepat.”
Tentang keesaan-Nya dalam memberi balasan, pahala dan pertolongan, disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Kahfi ayat 44:
“Di sana pertolongan itu hanya dari Allah Yang Hak. Dia adalah sebaik-baik Pemberi pahala dan sebaik-baik Pemberi balasan.”

4. Uluhiyah

Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam segala hak-Nya untuk disembah/diibadahi. Adapun hak Allah untuk diibadahi adalah konsekuensi dari ketiga tauhid lainnya. Sehingga ibadah adalah segala bentuk pengagungan kepada Allah dengan cara tawakal dan mengikuti petunjuk-Nya untuk mengharapkan balasan dan keridhaan-Nya.

Intinya adalah memberikan ketaatan mutlak hanya kepada Allah. Sebab Allah telah memerintahkan untuk mengagungkan-Nya, tawakal kepada-Nya, mengikuti petunjuk-Nya dan ikhlas kepada-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 62:
“Dan kepunyaan-Nya-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi, dan untuk-Nya-lah ketaatan itu selama-lamanya. Maka mengapa kamu bertakwa kepada selain Allah?”
Demikian pula disebutkan dalam Al-Quran surat Az-Zumar ayat 3:
“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.”
Maka inilah tujuan Allah menciptakan manusia, yaitu menyembah hanya kepada-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat Adz-Dzariyat ayat 56:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
Demikian pula disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Bayyinah ayat 5:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
Tanda seseorang beriman kepada tauhid uluhiyah adalah tunduk dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Pertama tunduk dalam menerima petunjuk-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat Al-An’am ayat 71:
“Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk, dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam.”
Kemudian tunduk dalam menjalankan petunjuk-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat Al-An’am ayat 162:
“Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)."
Selain itu tidak ada ketaatan mutlak kepada selain Allah. Adapun taat kepada manusia hanya dalam hal-hal yang Allah ridhai. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Ali bin Abi Thalib:
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk (yang Allah ciptakan) dalam maksiyat kepada Sang Pencipta (Allah). Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam kebaikan saja.”
Sebagai bukti pembagian tauhid ada 4 (empat) silahkan baca : Adakah Tauhid Mulkiyah? Bukti Pembagian Tauhid Ada Empat.

Baca pula : Kedudukan Tauhid dalam Islam

Wallahu A'lam.

Iyas Tanjung
Bogor, 27 Ramadhan 1435 / 25 Juli 2014